Rabu, 22 Desember 2010

PERILAKU DAN PARTISIPASI POLITIK

Pengantar
Sesuai judul yang tertera pada halaman depan yaitu membicarakan mengenai politik, di dalam politik terdapat berbagai macam hal yang berkaitan dengan hal tersebut. Perilaku politik yaitu kegiatan yang berkenaan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik, dimana yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. Pada kenyataannya manusia yang melakukan kegitan dibagi menjadi dua, yaitu warga Negara yang memiliki fungsi pemerintahan Negara biasa yang tidak memiliki fungsi pemerintahan dan memiliki hak untuk mempengaruhi orang yang memiliki fungsi pemerintahan.
Terdapat sejumlah pandangan tentang siapa yang sebenarnya melakukan kegiatan politik, jika menurut pendekatan kelembagaan yang melakukan kegiatan polotik adalah lembaga politik dan individu menjadi pelaksana. Menurut pendekatan behavioralisme meyatakan bahwa pada kenyataan yang melakukan kegiatan politik adalah inividu .

Model Perilaku Politik
Perilaku individu dalam sebuah kegiatan politik akan sangat berpengaruh dalam berjalannya kegiatan tersebut. Ada tiga analisa tentang perilaku politik yaitu individu aktor politik, agregasi politik, dan tipologi kepribadian politik. Kategori individu aktor politik meliputi aktor politik ( pemimpin ), aktivis politik, dan individu warga Negara biasa. Agregasi politik adalah individu aktor politik secara kolektif ( kelompok kepentingan, birokrasi, parpol, dll ). Tipologi kepribadian politik ialah tipe-tipe kepribadian otoriter, machiavelist, dan demokrat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku individu aktor politik antara lain, (1) lingkungan politik tak langsung ( sistem politik, ekonomi, sosbud dan media massa), (2) lingkungan politik langsung ( agama, sekolah,kelompok pergaulan), (3) struktur yang tercermin dalam sikap individu ( penilaian terhadap sesuatu berdasarkan kepentingan, penyesuaian diri, eksternalisasi dan pertahanan diri ), (4) faktor lingkungan sosial politik langsung ( cuaca, keluarga, ruang kerja, suasana kelompok ).
Perilaku seorang aktor politik akan dipengaruhi secara langsung oleh salah satu dari dua faktor yang mencakup struktur kepribadian dan situasi kegiatan itu.

Pemimpin Politik
Kepemimpinan yaitu upaya melaksanakan suatu tujuan yang menjadi kepentingan bersama, baik antara pemimpin maupun para pengikutnya.
Kepemimpinan dalam dunia politik dimaksudkan bahwa kepemimpinan tersebut berlangsung dalam suprastruktur politik ( lembaga-lembaga pemerintahan) dan infrastruktur politik ( parpol dan ormas ). Pada kenyataan muncul sejulah pandangan yang berkaitan dengan peranan pemimpin dan peristiwa, sehingga perlu diluruskan tentang kebutuhan pemimpin dalam suatu kegiatan politik. Menurut Lasswell rumus kebutuahan memimpin sbb

Keterangan :
p = motif pribadi yang berawal dari lingkungan keluarga dan terorganisir dalam individu itu sendiri.
d = pemindahan motif pribadi dari objek keluarga ke objek politik.
r = asionalisasi atas peralihan motif pribadi kepada objek politik.
P = orang politik.
} = menunjukkan adanya transformasi menjadi hal lain.
Fenomena tentang masyarakat yang menaati kewenangan pemimpin dikarenakan adanya kebutuhan-kebutuhan tertentu. Kebutuhan tersebut meliputi kenutuhan individu dan kebutuhan kolektif.
Yang termasuk kebutuhan individu : kebutuhan akan pahlawan yang memberikan arti hidup bagi orang yang tidak memiliki arti hidup, masyarakat memerlukan figur kewenangan yang dikagumi, tipe kepribadian otoriter yang ditandai adanya kebutuhan untuk menyerahkan diri pada kewenangan, sejumlah orang tertarik pada otoritarianisme karena mereka merasa memiliki perlindungan. Kebutuhan kolektif : untuk memghindari kesimpangsiuran dan kekacauan dalam masyarakat.
Kategori kepemimpinan dapat dilakukan atas tiga kriteria, yaitu
Proses kepemimpinan dan karakter pemimpinan, kepemimpinan demokratis yang membagi kekuasaan dengan orang lain dan dilaksanakan untuk meghormati martabat pribadi manusia, karakter politik yang berupa seberapa aktif pemimpin melaksanakan dan menilai tugasnya.
Hasil kepemimpinan, ada dua yaitu ekstrimis ( berupaya merubah semua rezim lama dengan rezim baru, sangat disiplin dan menggunakan kekerasan dalam mencapai tujuan), moderat ( masih mempertahankan rezim lama tapi disesuaikan dengan rezim baru, tidak terlalu disiplin, lebih menggunakan dialog daripada kekerasan dalam mencapai tujuan).
Sumber kekuasaan, berdasarkan sumber kekuasaan tipe kepemimpinan dibagi tiga, yaitu kepemimpinan rasional ( bersumber kewenangan legal, legalitas pola-pola peraturan normatif, hak orang-orang yang memiliki kewenangan untuk mengeluarkan perintah ), kepemimpinan tradisional ( berdasarkan pada kepercayaan, tradisi, legitimasi orang yang memiliki kewenangan berdasarkan tradisi yang dianggap keramat ), kepemimpinan kharismatik ( berdasarkan kekaguman masyarakat atas kelebihan yang dimilikinya ).
Menurut Niccolo Machiavelli ada dua tipe kepemimpinan yaitu pemimpin tipe rubah ( foxes ) dan pemimpin tipe singa ( lions ).
Menurut Burns ada dua tipe kepemimpinan yaitu kepemimpinan transaksional dan kepemimpinan transformatif.

Partisipasi Politik
Partisipasi politik adalah keikutsertaan warga Negara biasa dalam menentukan keputusan yang menyangkut atau mempengaruhi hidupnya. Ada beberapa aturan tentang partisipasi politik antara lain, (1) kegiatan politik berupa kegiatan yang dapat diamati bukan berupa sikap atau orientasi, (2) kegiatan tersebut diarahkan untuk mempengaruhi pemerintah selaku pembuat dan pelaksana keputusan politik, (3) kegiatan yang berhasil maupun yang gagal mempengaruhi pemerintah tetap termasuk dalam partisipasi politik, (4) kegiatan mempengaruhi pemerintah dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung, (5) kegiatan mempengaruhi pemerintah dapat dilakukan sesuai prosedur yang wajar maupun kekerasan, (6) kegiatan mempengaruhi pemerintah dapat dilakukan atas kesadaran sendiri maupun atas desakan.

Tipologi Partisipasi Politik
Partisipasi politik aktif berarti kegiatan yang berorientasi pada proses input dan output, sedangkan partisipasi pasif hanya berorientasi pada proses output.
Milbrath dan Goel membedakan partisipasi politik memjadi beberapa kategori, (1) apatis yaitu orang yang tidak pernah berpartisipasi dan menarik diri dari proses politik, (2) spektator yaitu orang yang setidaknya pernah ikut pemilu, (3) gladiator yaitu orang yang terlibat aktif dalam proses politik, (4) pengritik yaitu dalam bentuk partisipasi tak konvensional.
Olsen, membagi pertisipasi menjadi enam lapisan yaitu pemimpin politik, aktivis politik, komunikator, warga Negara, marginal, dan orang yang terisolasikan.
Partisipasi politik berdasarkan jumlah pelaku ada individual yakni seseorang yang menulis surat berisi keluhan da tuntutan kepada pemerintah atau kolektif, sedangkan kolektif adalah kegiatan warga Negara secara serentak untuk mempengaruhi penguasa. Partisipasi kolektif dibagi menjadi dua yaitu partisipasi kolektif yang konvensional ( pemilu ), dan partisipasi kolektif yang tidak konvensional atau agresif ( pemogokan tidak sah, huru hara, dll ) , secara agresif dibagi lagi menjadi dua yaitu aksi yang kuat dan aksi yang lemah.

Model Partisipasi Politik
Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi-rendahnya partisiapasi politik ialah kesadaran politik ( kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara) dan kepercayaan kepada pemerintah ( penilaian seseorang terhadap pemerintah ).
Berdasarkan tinggi-rendahnya partisipasi politik Paige membagi menjadi empat tipe, (1) aktif, jika seseorang memiliki kesadaran dan kepercayaan yang tinggi terhadap pemerintah, (2) apatis, jika seseorang memiliki kesadaran dan kepercayaan yang rendah terhadap pemerintah, (3) militan radikal, kesadaran politik tinggi tapi kepercayaan rendah, (4) pasif, kesadaran sangat rendah tapi kepercayaan sangat tinggi.

Perilaku Memilih
Seseorang dalam kegaiatan pemilu merupakan sebuah hasil dari keputusan dan keputusan ini antara masing-masing individu pasti berbeda, terdapat beberapa pendekatan untuk menjelaskan mengapa seseorang memilih atau tidak memilih.
Pendekatan struktural melihat bahwa kegiatan memilih sebagai hasil dari konteks struktur yang luas seperti struktur sosial, sistem sosial, sistem pemilu, permasalahan, dan program yang ditunjukan oleh setiap partai.
Pendekatan sosiologis, kegiatan memilih dipengaruhi latar belakang demografi dan sosial ekonomi, seperti jenis kelamin, tempat tinggal, pekerjaan, pendidikan, kelas, pendapatan, dam agama.
Pendekatan ekologis, kegiatan memilih seseorang dipengaruhi perbedaan unit teritorial, seperti desa, kelurahan, kecamatan, dan kabupaten, kelompok masyarakat seperti ras, suku, dll.
Pendekatan psikologis, seseorang memilih karena partai yang secara emosional dirasakan sangat dekat dengannya maka partai tersebut yang akan ia pilih tanpa mempertimbangkan faktor-faktor lain.
Pendekatan rasional, kegiatan memilih mempertimbangkan untung rugi memilih seorang kandidat.
Keempat pendekatan tersebut berasumsi bahwa kegiatan memilih merupakan kegiatan otonom dalam arti tanpa desakan dari pihak lain, namun dalam kenyataan pemilih memilih karena ada paksaan dari pihak lain ( kepala adat, pemuka agama, patroklien, pejabat pemerintah, polisi, dll) yang dalam mempengaruhi tidak selalu berupa persuasi tetapi kadang berupa manipulasi, intimidasi, dan ancaman paksaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hari Setelah Kemarin

Hari selalu berganti, yang kemarin kemudian sudah berlalu lantas berganti menjadi hari ini, pergantian tersebut secara jam hanya terus menun...