Syair
ini tak lengkap tanpamu
Dawai
pun tak bisa melengkapi kekurangan ini
Sumbang
Memang
hanya nada sumbang dari syair dan dawai itu
Sumbang
Irama
sumbang yang mengisi hidupku
Tanpanya
aku hanyalah ruang hampa yang tanpa irama
Sekalipun
sumbang, irama itulah yang menghidupkanku
Menemani
setiap gerakan kepalaku saat menikmatinya
Menenangkan
saat mata terpejam tenggelam dalam alunan
Menggema
meskipun kala aku terlelap
Sumbang
Kadang
aku ingin memperindah irama itu
Membuatnya
terdengar lebih ceria untuk didengar
Ahh,
aku disangka tak menikmati sumbangnya irama itu
Tersadar,
bahka irama tak selalu mengalun ceria
Aku
hanya mendapat irama sumbang
Irama
yang mengalirkan jiwaku untuk terus menikmatinya
Menuntunku
menyusuri malam dengan alunannya
Kaulah
nada itu, dawai yang tak lengkap dan bernada sumbang
Ketidaksempurnaanmu
yang menghidupkanku.
Badai
berkecamuk ini membuatku berantakan, perasaan tak tertahan yang tak bisa ku
ungkapkan apalagi kutunjukan padamu, mungkin aku naif, beginilah saat aku hanya
memikirkan perasaanmu. Tak peduli betapa pedih yang aku tahan, yang penting kau
tersenyum dan bahagia. Bukan seperti ini seharusnya, ada saat dimana kau dan
aku harus tanpa sekat dan benar-benar telanjang dengan segala kecacatan yang kita
punya. Tak perlu menutup mata dengan semua ini, kita hanyalah insan yang tak
sempurna dan saling bertemu. Tak perlu munafik, akupun melihatmu karena
keindahan dan kebaikanmu, karena kau yakin semua orang ingin terlihat indah di
mata orang lain. Keburukanmu bukanlah alasan bagiku untuk meninggalkanmu,
karena aku hanya ingin hidup dengan keburukanmu.
Wahai
seseorang yang selalu membuatku rindu, engkau pasti tertidur dengan gundah
mengerti bagaimana aku yang mengeluh dan tak bisa menceriakanmu. Kelelahanmu sepertinya
tak terbayarkan olehku, tapi ketahuilah kau disana, aku disini sedang berusaha
menerima keadaan ini. Kau yang disana, sadarlah bahwa kau terlalu banyak
menyimpan, bahkan untukku. Kau bagaikan singa yang menunjukkan taring saat kau
terancam, sungguh dengan kau terlihat melindungiku aku sangat senang. Tapi
haruskah aku membuat diriku terancam agar tahu bagaimana kau melindungiku?
ketahuilah bahwa kau tak perlu selalu menunjukkan taring untuk bisa mendapatkan
pengakuan dariku, justru dengan kelembutanmu aku takkan pernah pergi darimu.
Kau yang disana, yang namanya selalu ku sebutkan dalam doaku, janganlah terlalu
banyak menyimpan untukku, kadang dengan membaginya kau kan dapatkan lebih
banyak.
Kini,
aku hanya bisa menikmati tarikan nafas dan memejamkan untuk bisa beringingan
bersama kepenatan hati ini. Aku selalu berharap esok adalah hari bagiku, dan
tak pernah berhenti untuk berharap demikian. Aku hanya ingin menjalani ini
seperti anak kecil yang bermain bersama, tak perlu malu untuk saling menertawakan,
tak usah takut untuk menangis saat disakiti, tak perlu ragu untuk saling
menahan, dan tak perlu sungkan untuk mengajak, semua ini kan permainan
yang sesungguhnya selalu kita inginkan
bukan?