Rabu, 25 Februari 2015

Nada Sumbang




Syair ini tak lengkap tanpamu
Dawai pun tak bisa melengkapi kekurangan ini
Sumbang
Memang hanya nada sumbang dari syair dan dawai itu
Sumbang
Irama sumbang yang mengisi hidupku
Tanpanya aku hanyalah ruang hampa yang tanpa irama
Sekalipun sumbang, irama itulah yang menghidupkanku
Menemani setiap gerakan kepalaku saat menikmatinya
Menenangkan saat mata terpejam tenggelam dalam alunan
Menggema meskipun kala aku terlelap
Sumbang
Kadang aku ingin memperindah irama itu
Membuatnya terdengar lebih ceria untuk didengar
Ahh, aku disangka tak menikmati sumbangnya irama itu
Tersadar, bahka irama tak selalu mengalun ceria
Aku hanya mendapat irama sumbang
Irama yang mengalirkan jiwaku untuk terus menikmatinya
Menuntunku menyusuri malam dengan alunannya
Kaulah nada itu, dawai yang tak lengkap dan bernada sumbang
Ketidaksempurnaanmu yang menghidupkanku.

Badai berkecamuk ini membuatku berantakan, perasaan tak tertahan yang tak bisa ku ungkapkan apalagi kutunjukan padamu, mungkin aku naif, beginilah saat aku hanya memikirkan perasaanmu. Tak peduli betapa pedih yang aku tahan, yang penting kau tersenyum dan bahagia. Bukan seperti ini seharusnya, ada saat dimana kau dan aku harus tanpa sekat dan benar-benar telanjang dengan segala kecacatan yang kita punya. Tak perlu menutup mata dengan semua ini, kita hanyalah insan yang tak sempurna dan saling bertemu. Tak perlu munafik, akupun melihatmu karena keindahan dan kebaikanmu, karena kau yakin semua orang ingin terlihat indah di mata orang lain. Keburukanmu bukanlah alasan bagiku untuk meninggalkanmu, karena aku hanya ingin hidup dengan keburukanmu.
Wahai seseorang yang selalu membuatku rindu, engkau pasti tertidur dengan gundah mengerti bagaimana aku yang mengeluh dan tak bisa menceriakanmu. Kelelahanmu sepertinya tak terbayarkan olehku, tapi ketahuilah kau disana, aku disini sedang berusaha menerima keadaan ini. Kau yang disana, sadarlah bahwa kau terlalu banyak menyimpan, bahkan untukku. Kau bagaikan singa yang menunjukkan taring saat kau terancam, sungguh dengan kau terlihat melindungiku aku sangat senang. Tapi haruskah aku membuat diriku terancam agar tahu bagaimana kau melindungiku? ketahuilah bahwa kau tak perlu selalu menunjukkan taring untuk bisa mendapatkan pengakuan dariku, justru dengan kelembutanmu aku takkan pernah pergi darimu. Kau yang disana, yang namanya selalu ku sebutkan dalam doaku, janganlah terlalu banyak menyimpan untukku, kadang dengan membaginya kau kan dapatkan lebih banyak.
Kini, aku hanya bisa menikmati tarikan nafas dan memejamkan untuk bisa beringingan bersama kepenatan hati ini. Aku selalu berharap esok adalah hari bagiku, dan tak pernah berhenti untuk berharap demikian. Aku hanya ingin menjalani ini seperti anak kecil yang bermain bersama, tak perlu malu untuk saling menertawakan, tak usah takut untuk menangis saat disakiti, tak perlu ragu untuk saling menahan, dan tak perlu sungkan untuk mengajak, semua ini kan permainan yang  sesungguhnya selalu kita inginkan bukan?

Mendayung di antara pusaran air


 
Memandangmu dari kapalku, sejenak tapi dalam
Detik disaat semua menjadi kosong
Berkecamuk tak terkendali
Melihatmu dalam pusaran air yang bisa kapan saja menenggelamkanmu
Sepersekian waktu, hati berdesir
Ingin sekali mengambilmu tuk pergi
Tapi aku tak bisa seceroboh itu,
Waktu yang memanas,
Berusaha menusukkan pandangan tegar
Menundukkan pandangan ini
Menelan ludah dan menahan air mata
Tersenyum dan menghela napas panjang
Meredam semua itu atau kapalku kan goyah
Tahukah kau, aku menahannya hingga kini
Membiarkanmu di pusaran air yang bisa muncul kapan saja
Karena belum saatnya kita ke tepian,
Akan melewati banyak pusaran air
Aku maupun kau
Berjuang menjaga perahu kita ke tepian.
Kadang lelah mendayung, tapi sejenak keindahan tepian kembali membangkitkanku
Aku lelah menjagamu yang mendayung di antara pusaran itu..
Kemudikan kapalmu, hindarilah pusaran itu
Aku ingin ke tepian bersamamu

Hari Setelah Kemarin

Hari selalu berganti, yang kemarin kemudian sudah berlalu lantas berganti menjadi hari ini, pergantian tersebut secara jam hanya terus menun...