Jumat, 28 Agustus 2015

Dulu dan Sekarang

Lama sekali tak merasakan kembali getar-getar hati yang dulu nampaknya tak pernah berhenti membuncah, ada saat dimana aku bukan siapa-siapa ada perlahan mendekat untuk menemani kepedihan hatimu kala itu. Aku pikir hanya akan menjadi semacam pertemanan biasa layaknya aku dengan temanku atau kau dengan temanmu, iya tentu saja kala itu hanya sebatas itu pikiranku.
Batas seakan semakin runtuk manakala kita terlalu jauh merasakan, dimana aku terlalu peduli dan kau begitu membutuhkan kepedulian itu. Aku hanya berpikir, tepatkah aku saat itu? tentu tepat, namun nyatakah aku kala itu atau hanya sebagai pengobat luka?.
Waktu perlahan membuka tabir yang telah lama coba kita sibak, iyaa..kita saling terjatuh pada perasaan yang sama, yang tentunya aneh dan tak terbayangkan. Rangkaian hati yang tertuang dalam setiap perihal kecil, ungkapan-ungkapan membahagiakan dan harapan-harapan yang begitu indah. Ahh namanya saja sedang kasmaran, semua serba indah, senyumku saja sampai sangat kau idam-idamkan. Kadang begitu konyol membacanya kembali, tapi kini aku begitu paham makna semua itu. Saat kau tak lagi menunjukkan atau mengungkapkan kebahgiaanmu bersamaku, sangat terasa sekali bahwa aku merindukan semua itu, masa-masa itu dan bagaimana kau saat itu.
Tentang semua semua kebiasaan aneh kita berdua, tentang bagaimana kau tampak gugup melihatku, saat aku malu memandangmu, ahh semua itu kecanggungan yang begitu jujur atas sebuah perasaan. Semua itu dulu, saat kau dan aku masih hangat-hangatnya merangkai kisah dan begitu semangat mengisinya dengan berbagai hal. Semua itu kenangan yang indah untukku.

Tepat di hari ini, aku kembali membacanya satu per satu dari timeline mu dari tahun ke tahun, perlahan tapi pasti membawaku ke alam masa lalu, saat kau dengan hati yang dulu, kemudian tersakiti lalu tak lama berbahagia. Kini terasa sekali, saat kau mungkin tak sempat lagi menatap timeline untuk sekedar membuat ungkapan tentangku, tentang kita, aku merasa absen dari hatimu. Aku mengerti satu hal, bahwa kadang kita mengingat sesuatu bukan hanya untuk melawan lupa tetapi untuk kembali merasakan sensasi-sensasi yang pernah ada. Seperti yang kulakukan sekarang, kau dulu begitu menghadirkanku sampai kau menunjukkannya meskipun dulu aku tak benar-benar bisa hadir di sampingmu. Aku senang, sangat senang bisa kembali merasakan getar-getar cinta, berfantasi bagaimana indahnya masa itu, dan karena semua keindahan itu aku berjanji akan mempertahankannya. Aku rasa kau pun merindukan kehangatan itu, kekonyolan kita dulu, dan betapa sederhanya kita menciptakan semua itu.
Benar apa kata orang, mempertahankan lebih sulit daripada mendapatkan. Aku dan kau kini tak lagi seperti dulu, tapi seharusnya kita bisa menciptakan kebahagiaan-kebahagiaan kita seperti dulu kala, dan ternyata itu cukup sulit dilakukan. Kita harus saling mengalah demi tubuh yang lelah, saling mengerti demi agenda yang sudah mengantri, saling menunggu demi adanya sisa waktu, bahkan harus saling merindu dikala semua penat menganggu, semua itu kadang membuat kita tak bisa berbuat apa-apa, hanya bisa diam kala bersama, rasanya itu cukup jadi pengobat semuanya. Waktu yang kian singkat, kita hanya bisa saling memandang begitu dalam, wajah yang lelah menahan semua rasa dan begitu melihatnya ada di depan mata sangat dan amat menenangkan. Kesempatan yang semakin sempit, kita hanya bisa saling menggenggam erat, tanpa kata untuk saling menguatkan, tangan yang begitu merindukan rengkuhan kini hadir melengkapi tiap sela jari dan semua itu sangat berarti. Aku dan kau, tak sempat menanyakan bagaimana kita saling melalui hari yang panjang, melelahkan, kadang penuh godaan, tapi semoga hati kecil kita selalu terjaga.
Dulu..ada hati yang begitu sulit untuk kita miliki, sampai menunggu, bergolak perasaan, putus asa, harapan, emosi, optimis, semua hanya karena satu hati yang begitu menawan. Kini..saat hati itu bisa kita miliki seharusnya kita selalu menjaganya tetap hidup karena aku dan kau tak pernah ingin menyakiti bukan? aku dan kau sungguh bertemu karena keinginan yang sangat besar untuk menyayangi, kau dan aku saling berjuang dan dipertemukan. Bahagiaku bertemu dengan kau, sangat sangat bahagia baik dulu maupun sekarang.

Kamis, 25 Juni 2015

Senandung malam

Hai kekasih, yang sedang jauh disana
Sehatkah kau? Baikah hatimu ? Rindukah kepadaku?
Ahh tentu saja hanya pertanyaan yang terlalu egois, untuk apa aku menanyakannya?
Semuanya hanya akan membuatku menangis sendirian,
Sepinya jika kau tak hadir sehari saja.
Tak ayal pikiran ini begitu baik menghibur hati yang sedang merindu
Meski kadang pikiran ini kejam meracuni hati tuk berprasangka buruk
Hati, kau yang paling jujur merasa, sabarlah agar tidak lagi salah mengira
Toh kau memang seharusnya tenang, tak perlu mencemaskan seseorang
Lebih baik kau menikmati indahnya hari ini, bersihnya malam ini dan merangkai cerita indah tuk esok hari
Siapa tau, kala senja nanti pangeran hatimu datang menyapa dengan penuh kerinduan.
Dia orang yang sedang lelah, sedang mencari ketenangan, hidupnya keras, waktunya terbatas
Dia membutuhkan hati yang setia menanti dengan penuh senyum dan kasih sayang
Kaulah tempatnya kembali tenang...sabarlah hatiku, akan ada masa demikian untukmu.
Masa dimana kau begitu dibutuhkan olehnya, kekasih yang percaya hanya kau tempat ternyaman baginya

Rabu, 25 Februari 2015

Nada Sumbang




Syair ini tak lengkap tanpamu
Dawai pun tak bisa melengkapi kekurangan ini
Sumbang
Memang hanya nada sumbang dari syair dan dawai itu
Sumbang
Irama sumbang yang mengisi hidupku
Tanpanya aku hanyalah ruang hampa yang tanpa irama
Sekalipun sumbang, irama itulah yang menghidupkanku
Menemani setiap gerakan kepalaku saat menikmatinya
Menenangkan saat mata terpejam tenggelam dalam alunan
Menggema meskipun kala aku terlelap
Sumbang
Kadang aku ingin memperindah irama itu
Membuatnya terdengar lebih ceria untuk didengar
Ahh, aku disangka tak menikmati sumbangnya irama itu
Tersadar, bahka irama tak selalu mengalun ceria
Aku hanya mendapat irama sumbang
Irama yang mengalirkan jiwaku untuk terus menikmatinya
Menuntunku menyusuri malam dengan alunannya
Kaulah nada itu, dawai yang tak lengkap dan bernada sumbang
Ketidaksempurnaanmu yang menghidupkanku.

Badai berkecamuk ini membuatku berantakan, perasaan tak tertahan yang tak bisa ku ungkapkan apalagi kutunjukan padamu, mungkin aku naif, beginilah saat aku hanya memikirkan perasaanmu. Tak peduli betapa pedih yang aku tahan, yang penting kau tersenyum dan bahagia. Bukan seperti ini seharusnya, ada saat dimana kau dan aku harus tanpa sekat dan benar-benar telanjang dengan segala kecacatan yang kita punya. Tak perlu menutup mata dengan semua ini, kita hanyalah insan yang tak sempurna dan saling bertemu. Tak perlu munafik, akupun melihatmu karena keindahan dan kebaikanmu, karena kau yakin semua orang ingin terlihat indah di mata orang lain. Keburukanmu bukanlah alasan bagiku untuk meninggalkanmu, karena aku hanya ingin hidup dengan keburukanmu.
Wahai seseorang yang selalu membuatku rindu, engkau pasti tertidur dengan gundah mengerti bagaimana aku yang mengeluh dan tak bisa menceriakanmu. Kelelahanmu sepertinya tak terbayarkan olehku, tapi ketahuilah kau disana, aku disini sedang berusaha menerima keadaan ini. Kau yang disana, sadarlah bahwa kau terlalu banyak menyimpan, bahkan untukku. Kau bagaikan singa yang menunjukkan taring saat kau terancam, sungguh dengan kau terlihat melindungiku aku sangat senang. Tapi haruskah aku membuat diriku terancam agar tahu bagaimana kau melindungiku? ketahuilah bahwa kau tak perlu selalu menunjukkan taring untuk bisa mendapatkan pengakuan dariku, justru dengan kelembutanmu aku takkan pernah pergi darimu. Kau yang disana, yang namanya selalu ku sebutkan dalam doaku, janganlah terlalu banyak menyimpan untukku, kadang dengan membaginya kau kan dapatkan lebih banyak.
Kini, aku hanya bisa menikmati tarikan nafas dan memejamkan untuk bisa beringingan bersama kepenatan hati ini. Aku selalu berharap esok adalah hari bagiku, dan tak pernah berhenti untuk berharap demikian. Aku hanya ingin menjalani ini seperti anak kecil yang bermain bersama, tak perlu malu untuk saling menertawakan, tak usah takut untuk menangis saat disakiti, tak perlu ragu untuk saling menahan, dan tak perlu sungkan untuk mengajak, semua ini kan permainan yang  sesungguhnya selalu kita inginkan bukan?

Mendayung di antara pusaran air


 
Memandangmu dari kapalku, sejenak tapi dalam
Detik disaat semua menjadi kosong
Berkecamuk tak terkendali
Melihatmu dalam pusaran air yang bisa kapan saja menenggelamkanmu
Sepersekian waktu, hati berdesir
Ingin sekali mengambilmu tuk pergi
Tapi aku tak bisa seceroboh itu,
Waktu yang memanas,
Berusaha menusukkan pandangan tegar
Menundukkan pandangan ini
Menelan ludah dan menahan air mata
Tersenyum dan menghela napas panjang
Meredam semua itu atau kapalku kan goyah
Tahukah kau, aku menahannya hingga kini
Membiarkanmu di pusaran air yang bisa muncul kapan saja
Karena belum saatnya kita ke tepian,
Akan melewati banyak pusaran air
Aku maupun kau
Berjuang menjaga perahu kita ke tepian.
Kadang lelah mendayung, tapi sejenak keindahan tepian kembali membangkitkanku
Aku lelah menjagamu yang mendayung di antara pusaran itu..
Kemudikan kapalmu, hindarilah pusaran itu
Aku ingin ke tepian bersamamu

Hari Setelah Kemarin

Hari selalu berganti, yang kemarin kemudian sudah berlalu lantas berganti menjadi hari ini, pergantian tersebut secara jam hanya terus menun...