Sabtu, 27 Agustus 2016

Menuju Terik Mentari

Hari yang panas, disaat matahari bersinar tepat di atas kepala manusia, terik di siang hari.
Pun jika kau tak mau menghadapinya, esok akan tetap muncul kembali, terik mentari selalu ada.
Waktu tak lagi se syahdu pagi, dimana sejuknya embun harus dilewati dan menuju ke hari yang lebih panas menantang.
Kau harus kuat, kau harus yakin bahwa terik mentari ini dinantikan banyak orang, meski kadangkau lupa bahwa tidak semua orang bisa menikmatinya.
Mau tidak mau, kau harus meninggalkan syahdunya embun pagi, lalu  berjalan di bawah terik mentari, untuk bisa melihat senja yang mengagumkan, ingatkan bahwa proses akan selalu berjalan, dengan atau tanpa kau.
Keraslah pada dirimu sendiri atau dunia yang akan menguasaimu.
Terdakang kita terlalu mengasihani diri sendiri hingga terlena pada kenyamanan, andai saja kau memahami lebih awal, bahwa lelah akan selalu beriringan dengan syukur, kau akan membelinya berjuta-juta rupiah mahalnya.
Bahkan orang yang tak pernah lelah pun diuji dengan sakit agar merasakan perjuangan.
Perjuangan adalah terik mentari, tapi tenanglah selalu ada sinar rembulan yang mendamaikan setiap lelah.
Pandangilah, resapilah, dan bersyukurlah karena kau berhasil menaklukan satu matahari di hari ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hari Setelah Kemarin

Hari selalu berganti, yang kemarin kemudian sudah berlalu lantas berganti menjadi hari ini, pergantian tersebut secara jam hanya terus menun...