Minggu, 09 Juli 2017

Sahabat itu Nyata



Entah sejak kapan aku merasa tak pernah memiliki teman yang dekat, sahabat. Sejak saat aku tahu sahabat dekatku berkhianat padaku, sejak itu aku merasa tak perlu lagi bersahabat dengan siapapun. Aku merasa tak ada lagi orang yang bisa dipercaya untuk menjadi sahabat, tapi aku salah. Aku sesungguhnya tak pernah tahu bagaimana perasaan orang yang bersahabat denganku, akankah mereka nyaman atau tidak. Sepanjang waktu, aku bertemu dengan semakin banyak orang, tak terasa, arti sahabat kemudian kembali muncul di hidupku.

Saat aku kuliah S1, ada seorang teman yang awalnya biasa saja, dia baik dan perhatian, serta lembut, aku ingat hampir berbagai masalah yang aku bagi dengannya, bahkan aku pernah menangis di kampus, dan disaksikan olehnya, moment yang sangat menyentuh. Aku bersyukur sekali memiliki sahabat seperti dia. Jarak mungkin memisahkan kami berdua, dan komunikasi hanya kami lakukan di waktu tertentu saja, tiada kata saling mengekang dan mengikat persahataban, semua mengalir begitu alami. Dia selalu menceritakan berbagai hal kepadaku, bukan hanya tentang dia, tapi juga tentang teman-teman sekitar kami, banyak yang tidak menyangka aku tahu banyak hal karena aku sesungguhnya adalah orang yang tidak peka, tapi dia menceritakan banyak hal kepadaku, sampai aku disebut sebagai ‘tong sampah’ nya. Saat ini...dia tetap menjadi orang yang bisa mengerti saat aku berkeluh kesah kepadanya.  Kini, dia sudahbekerja, kembali ke kota asalnya dan kami belum pernah bertemu lagi.

Saat aku kuliah S2, ada seorang teman, dia kakak tingkatku waktu S1 dan aku memang belum  mengenalnya saat itu.  Aku mengenalnya dengan baik, dia banyak bercerita kepadaku, meskipun kami adalah dua orang yang sangat berbeda, namun tak tahu mengapa semua terasa begitu kompak. Kami sering berdiskusi bersama, mengerjakan tugas bersama, menyusun tesis bersama, perpustakaan menjadi tempat favorit kami, bukan hanya untuk mencari referensi yang kami butuhkan, juga untuk saling bercerita tentang berbagai masalah yang kami rasakan. Kami punya kesamaan, yakni hobby makan mie ayam dan suka makanan pedas. Pertemanan yang begitu menyenangkan. Hingga suatu saat, aku tahu hal yang begitu besar dalam hidupnya, seputar keluarganya. Ini membuatku sangat terkejut, tapi aku senang, dia percaya padaku untuk menjadi ‘tong sampah’ nya. Aku tak tahu sejak kapan kemudian keadaan berupah, ada jarak diantara kami, ada sesuatu yang terjadi pada persahabatan kami, dan aku tak tahu apa yang terjadi disana. Aku merasa sangat menyayangkan ini terjadi, aku tak suka keadaan ini, aku tak tahu apa yang membuatku harus diperlakukan seperti ini. Aku berharap kami bisa kembali seperti sediakala..sahabatku

Semasa di kost, ada seorang teman, aku tahu dia sejak SMA, hanya saja aku tidak mengenalnya, awalnya aku merasa tidak bisa dekat dengannya, karena kami sangat berbeda. Mungkin karena kami satu kost, perlahan kami mulai saling dekat dan terbuka, dan akhirnya jadi sahabat baik. Dia orangnya humoris, suka makan mie ayam dan perhatian. Dia paling tau saat aku sedang sakit perut di hari pertama setiap aku haid. Meskipun gayanya kocak, tapi aku senang dia selalu ingat itu dan membelikanku makanan tiap aku sedang terkapar, dia sebut aku sedang ‘rohingya’ (sebutan yang aneh). Hal-hal aneh sering terjadi justru saat bersama dengannya, hal gila, tertawa lepas, dan aku jadi diri sendiri. Kami pernah ke Semarang tanpa rencana, pulang kehujanan, dan dia adalah pengendara sepeda motor yang handal, dia selalu tau saat jupe (sepeda motornya) sedang dalam keadaan yang tidak baik. Aku merasa nyaman dengannya, apapun aku ceritakan kepadanya, pun sebaliknya, aku ingat bagaimana dia sampai menangis saat menceritakan hubugannya dengan seseorang. Aku merasa sangat kesepian, karena dia sekarang sudah di rumah, meskipun kami masih bisa saling berkomunkasi, tapi aku lebih senang saat dia ada disini. Aku senang menjadi ‘tong sampah’nya, banyak hal kami bicarakan bersama, tentang cinta, kuliah, pekerjaan, lingkungan dan semuanya. Aku rindu berbicara dengan orang seperti dia.

Entahlah, aku merasa kesepian, karena belum ada lagi orang yang bisa menyamanku seperti mereka. Ada seseorang, dia mungkin nantinya akan jadi orang yang menjadi sahabatku untuk selamanya,. aku ingin merasakan ini dengannya, tanpa keraguan, rasa canggung maupun malu. Aku ingin menjadikannya sahabat, tapi aku tahu, dia berbeda, dia bukan perempuan yang memiliki sudut pandang sama denganku, dia bukan orang yang punya waktu banyak karena dia bekerja,  dia orang yang tidak bisa selalu hadir karena rumahnya jauh. Tapi aku butuh dia, aku merasa butuh dilindungi, diperhatikan dan butuh penguatan. Aku merasa sangat kacau tanpa seorang sahabat. Aku paham, mengapa sahabat itu begitu penting untuk seorang perempuan, karena hatinya rapuh. Perempuan selalu membutuhkan kenyamanan, karena perempuan adalah sosok lembut yang tak bisa sembarang tempat dia tempati. Perlahan aku menyadari, bahwa kunci kenyamanan adalah jadi diri sendiri. 
Kau tak perlu berpura-pura untuk mendapatkan sahabat, jadilah diri sendiri..kau tau, ternyata paling sulit adalah menjadi diri sendiri. Kadang aku berpikir, apakah dia menerima kondisiku yang seperti ini, apakah mereka mengerti apa yang aku lakukan, apakah kalian mau bersahabat dengan orang seperti aku ? itulah pikiran yang selalu menghantui saat menjadi diri sendiri, sehingga kadang kita menjadi versi lain untuk bisa diterima di suatu lingkungan.


Menerima kondisi baru pun tidak mudah, harus menyesuaikan lagi, menata kembali diri ini, namanya pertemuan dan perpisahan adalah satu pasang kepastian. Kita tak bisa mengelak, menolak apalagi mengutuk semua itu, kita hanya perlu tahu bahwa selalu ada kebaikan disetiap pertemuan dan perpisahan. Konflik, ketidaksepahaman, atau bahkan kebencian, selalu ada dalam setiap pertemuan tapi semua itu tak pernah bisa memisahkan segala kebaikan, kegilaan, keseruan, kenangan yang pernah terjalin bersama. Bersahabatlah, karena kau membutuhkannya, kau tidak pernah bisa hidup sendirian.. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hari Setelah Kemarin

Hari selalu berganti, yang kemarin kemudian sudah berlalu lantas berganti menjadi hari ini, pergantian tersebut secara jam hanya terus menun...