Selasa, 11 Juli 2017

Kepercayaan itu Perlu di Up Grade

Kepercayaan terhadap pasangan adalah hal yang oleh sebagian pasangan menjadi kriteria dasar berjalannya sebuah hubungan, tentu itu adalah hal yang penting untuk disepakati ya ?
Kepercayaan juga sering menimbulkan konflik dalam sebuah hubungan, karena hal tersebut sangat sensitif, sebuah keadaan yang tidak bisa disaksikan, tapi menyangkut penerimaan seseorang atas hal yang nyata. Jadi, dalam kepercayaan itu hati dan logika bermain, namanya bermain kadang jadi akur dan kadang ya hancur, itu wajar.

Sebagian orang mendefinisikan konsep kepercayaan itu hanya ada dua, yakni percaya dan tidak percaya. Padahal, jawaban percaya dan tidak percaya biasanya hanya akan dikelola oleh salah satu bagian paling naluriah, yakni dimana saat menjawab “percaya atau tidak percaya” bagi perempuan adalah dengan pertimbangan perasaan sedangkan bagi laki-laki untuk menjawab “percaya atau tidak percaya” adalah dengan pertimbangan logika. Kalaupun ada yang mengkombinasikan keduanya, itu pasti orang yang sudah sangat mengenal betul pasangannya dan saling menemukan tipikal ideal dari harapan masing-masing.

Tapi......gak ada pasangan yang benar-benar ideal kan?? Pernah gak kita melihat orang tua kita seakan tidak bisa mengandalkan satu sama lain di suatu bidang? misalnya ibu tidak percaya ke bapak saat pergi belanja, atau bapak gak percaya saat ibu berkendara menggunakan motor sendiri dan hal-hal kecil lainnya ? dari sini kita tahu bahwa kepercayaan adalah hal yang bisa dipelajari. Kepercayaan itu sangat luas, karena hubungan dua insan manusia itu sejatinya sangat kompleks dan dinamis, jadi kalau dibilang kepercayaan itu perkara perasaan aja, itu tidak benar, tapi tidak bisa disalahkan juga karena itu termasuk di dalamnya.

Kepercayaan bukan hal yang diberikan begitu saja tanpa ada pertimbangan, saat kita melihat orang 
tua kita yang sudah tenang menghadapi berbagai hal dengan pasangannya adalah karena level kepercayaannya sudah meningkat. Bagaimana bisa meningkat ? tentu prosesnya panjang. Kepercayaan itu seperti pengetahuan, dia harus dipelajari, dianalisa kemudian disimpulkan. Agar perempuan dan laki-laki menemukan frame yang sama, satu konsep kepercayaan ini harus di-filter menggunakan sudut pandang perempuan dan laki-laki, yakni perasaan dan logika, keduanya harus sinkron, baru kemudian kepercayaan itu akan kaya dengan struktur mental yang kuat. Kenapa si repot gini ? iya dong, saat Anda berada pada titik tidak percaya, tentu itu akan sangat membuat gelisah, kemudian dengan sendirinya Anda akan mencari cara untuk kembali percaya dengan pasangan Anda. Semakin banyak stok pengetahuan Anda tentang pasangan Anda, akan lebih mudah bagi Anda dalam memberikan kepercayaan itu kembali. Makanya sering kita temui pasangan yang curigaan, seseorang yang begitu trauma terhadap komitment, atau seorang yang bisa memiliki selingkuhan ? semua adalah berawal dari kepercayaan.

Kepercayaan itu perlu di- up grade, seperti anti virus yang melakukan proteksi terhadap gadget kita, dia akan selalu menyesuaikan dengan perkembangan virus, dan sebelum melakukan up-grade tentu ada kesepakatan antara vendor penyedia layanan anti virus dan si pengguna gadget untuk menyetujui beberapa hal yang menjadi syarat untuk berjalannya sistem tersebut. Pun, sama dengan pasangan, kita gak boleh memasang kepercayaan level 3 kepada tingkat risiko pasangan kita berada di level 7, harus di-up grade biar aman. Jadi... kadang kita menemui pasangan kita berada di titik curiga, iya tentu, setiap pasangan baik laki-laki maupun perempuan punya sisi itu, dan itu memang perlu. Pada titik curiga, adalah saat dimana pasangan kita sedang menuju proses up grade kepercayaan mereka, proses ini berkaitan dengan penerimaan yang harus dilalui dua frame tadi (perasaan dan logika), butuh komunikasi untuk menyampaikan berbagai hal seputar “kecurigaan” tersebut, mulai dari pengetahuan tentang hal tersebut, emosi dan konklusi yang diambil. Kegagalan proses ini sering terjadi karena pasangan sudah merasa “tidak dipercaya lagi”, dan biasanya bereaksi dengan berhentinya komunikasi yang semestinya terus berjalan untuk memenuhi kebutuhan stok pengetahuan yang dibutuhkan pasangannya. Proses ini memang akan melibatkan unsur emosional dan juga rasional, jadi rentan akan kegagalan menemukan solusi, padahal saat tercipta konklusi yang tepat, pasangan akan berada pada level kepercayaan yang baru dan mereka akan lebih tenang menghadapi kejadian serupa. Proses up grade kepercayaan akan memperkaya kualitas kepercayaan, jadi kita akan merasa aman bukan hanya karena kita sudah “percaya” pada pasangan kita, tapi kita sudah paham betul kadar kepercayaan yang kita miliki ke pasangan kita itu seperti apa. Hal itu akan berdampak pada hal-hal teknis yang sering terjadi di sekitar kita nanti, dan semestinya akan merubah pola komunikasi kita ke pasangan menyurut ke arah yang lebih santai.


Soal kepercayaan antar pasangan, jangan dikira mudah, kita mempercayai orang yang tadinya bukan siapa-siapa dan kemudian ada banyak hal yang membuat kita harus percaya, tapi...untuk suatu komitment yang dilandasi cinta dan keimanan, tentu rasa percaya bisa diolah sedemikian rupa untuk hal yang baik bukan J. Jangan hanya berpikir karena dia percaya pada Anda, karena hal itu akan menciptakan kesan kepercayaan yang diberikan oleh dia itu tidak terbatas, dan itu bisa membuat Anda lupa diri untuk tetap waspada. Cobalah berpikir sebaliknya “Aku dipercaya oleh dia” ini akan memunculkan efek tanggungjawab yang berbeda dalam menjaga diri sendiri, memberikan apresiasi dan tentunya sempatkan untuk menyematkan hal-hal kecil yang manis di sela-sela kesibukan masing-masing J

2 komentar:

Hari Setelah Kemarin

Hari selalu berganti, yang kemarin kemudian sudah berlalu lantas berganti menjadi hari ini, pergantian tersebut secara jam hanya terus menun...